Kandungan Vaksin Pemicu Autisme

December 25, 2006

Beberapa waktu lalu, saya menerima sebuah e-mail dari salah seorang calon ibu bernama Poppy Hafianti di Jambi, yang saat ini tengah hamil 4 bulan. Ibu Poppy mem-forward sebuah artikel berisi informasi yang menurut saya sangat mengkhawatirkan, karena berdasarkan artikel tersebut, terdapat vaksin Hepatitis B yang mengandung zat pengawet Thimerosal yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme.

Nah, kebetulan kemarin saya berkunjung ke dokter anak saya untuk imunisasi. Saya kemudian tanya-tanya ke ibu dokter sehubungan dengan Thimerosal yang digunakan sebagai pengawet vaksin Hepatitis B ini. Beliau menjelaskan kalau teori ini perlu dibuktikan dengan penelitian lebih lanjut.

Tapi meski demikian saya tanya, apakah di rumah sakit ini vaksin HiB-nya bebas Thimerosal? Alhamdulillah beliau menjawab “ya”. Jadi saya menyarankan untuk ibu-ibu, lepas dari masalah apakah teori ini benar atau tidak, tidak ada salahnya kita menanyakan kepada dokter anak kita apakah vaksin HiB yang diberikan (atau akan diberikan) pada anak kita mengandung unsur kimia ini. Kalau masih ragu, cek juga botol/kemasan vaksin tsb untuk memastikan kandungannya. Better be aware than regret later…

Berikut simak artikel lengkapnya di bawah ini.

“Setelah kesibukan yang menyita waktu, baru sekarang saya bisa dapat waktu luang membaca buku “Children with Starving Brains” karangan Jaquelyn McCandless, MD. Ternyata buku yang saya beli itu benar-benar membuka mata saya, dan sayang, sayang sekali baru terbit setelah anak saya Joey (27 bln) didiagnosa mengidap Autisme Spectrum Disorder.

Bagian satu, bab 3, dari buku itu benar-benar membuat saya menangis. Selama 6 bulan pertama hidupnya (Agustus 2001 – Februari 2002), Joey memperoleh 3 kali suntikan vaksin Hepatitis B, dan 3 kali suntikan vaksin HiB. Menurut buku tersebut (halaman 54 – 55) ternyata dua macam vaksin yang diterima anak saya dalam 6 bulan pertama hidupnya itu positif mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder yang meledak pada sejak awal tahun 1990 an. Vaksin yang mengandung Thimerosal itu sendiri sudah dilarang di Amerika sejak akhir tahun 2001.

Alangkah sedihnya saya, anak yang saya tunggu kehadirannya selama 6 tahun, dilahirkan dan divaksinasi di sebuah rumahsakit besar yang bagus, terkenal, dan mahal di Karawaci Tangerang, dengan harapan memperoleh treatment yang terbaik, ternyata malah “diracuni” oleh Mercuri dengan selubung vaksinasi. Beruntung saya masih bisa memberi ASI sampai sekarang, sehingga Joey tidak menderita Autisme yang parah.

Tetapi tetap saja, sampai sekarang dia belum bicara, harus diet pantang gluten dan casein, harus terapi ABA , Okupasi, dan nampaknya harus dibarengi dengan diet supplemen yang keseluruhannya sangat besar biayanya. Kepada para orang tua dan calon orang tua, marilah kita bersikap proaktif, dan assertif dengan menolak vaksin yang mengandung Thimerosal tersebut, cobalah bernegosiasi dengan dokter anak kita, minta vaksin Hepatitis B dan HiB yang tidak mengandung Thimerosal.”